PENCERAHAN DENGAN ADANYA VIRUS CORONA
°H I K M A H°
Allah selalu punya cara untuk memperbaiki dunia ini. Di luar semua pikiran manusia. Di luar batas kemampuan mereka.
Virus corona mungkin musibah besar buat manusia di abad modern ini. Tapi bukan tanpa makna, ada hikmah besar di baliknya yang bisa kita petik. Istirahat, manusia diminta untuk rehat. Lebih dari itu mereka diminta untuk lebih dekat, lebih akrab dengan Allah dalam taat.
Negara-negara dunia sudah memulai lockdown, sebagian memulai di tingkat kota. Semua warga diminta untuk tetap di rumah. Jalanan sunyi, kendaraan sepi. Dunia kembali sedikit lebih harmoni.
Ada ratusan ribu bahkan mungkin jutaan pekerja yang harus dirumahkan, sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga perkuliahan juga diliburkan. Mungkin itu menghambat ekonomi keluarga, akan menunda kelulusan, dan sebagainya. Tapi di sisi lain meningkatkan 'family time' secara kualitas. Akan banyak anak di dunia yang punya waktu bercengkrama dengan orang tua mereka, lebih dari biasanya.
Banyak hal yang bisa kita lakukan, membaca buku-buku yang selalu dalam list baca tanpa pernah terbaca misalnya, atau mengkhatamkan film drama berseri yang sudah lama tertunda, atau menyelesaikan game terakhir yang dimainkan.
Itu opsi saja, bagi mereka yang punya pemahaman yang baik, tentulah saat-saat seperti ini adalah episode terbaik untuk menjadi hamba yang lebih taat, kembali memeriksa diri dan hati; sudahkah menjadi pribadi yang lebih sholih lagi. Ini momentum untuk kembali merapal doa-doa, melafadzkan dzikir-dzikir, lebih akrab dengan Quran, lebih kerap dalam sholat dan munajat.
Karena bagi seorang mukmin, musibah itu perihal sabar. Bagaimana menata hati untuk tegar dan menerima. Badai pasti berlalu.
Bagi mereka yang mungkin sering sesumbar bahwa virus ini bukan apa-apa, angin lalu saja. Remah-remah. Kecil, seperti nasi kucing. Pada akhirnya ia harus bungkam, menerima satu takdir yang mungkin tidak ia duga. Maka menyadari lemahnya kita sebagai makhluk dan kuasanya Allah sebagi Khaliq, mutlaq dipahami seorang mukmin.
Corona menjadi cara Allah mengistirahatkan dunia, dari hiruk-pikuknya, dari kebisingannya, dari kesibukan penghuninya, dari kelalaian mereka sebagai hamba, dan bagi sebagian orang, corona adalah cara Allah membungkam congorna.
Allah selalu punya cara untuk memperbaiki dunia ini. Di luar semua pikiran manusia. Di luar batas kemampuan mereka.
Virus corona mungkin musibah besar buat manusia di abad modern ini. Tapi bukan tanpa makna, ada hikmah besar di baliknya yang bisa kita petik. Istirahat, manusia diminta untuk rehat. Lebih dari itu mereka diminta untuk lebih dekat, lebih akrab dengan Allah dalam taat.
Negara-negara dunia sudah memulai lockdown, sebagian memulai di tingkat kota. Semua warga diminta untuk tetap di rumah. Jalanan sunyi, kendaraan sepi. Dunia kembali sedikit lebih harmoni.
Ada ratusan ribu bahkan mungkin jutaan pekerja yang harus dirumahkan, sekolah-sekolah dari tingkat dasar hingga perkuliahan juga diliburkan. Mungkin itu menghambat ekonomi keluarga, akan menunda kelulusan, dan sebagainya. Tapi di sisi lain meningkatkan 'family time' secara kualitas. Akan banyak anak di dunia yang punya waktu bercengkrama dengan orang tua mereka, lebih dari biasanya.
Banyak hal yang bisa kita lakukan, membaca buku-buku yang selalu dalam list baca tanpa pernah terbaca misalnya, atau mengkhatamkan film drama berseri yang sudah lama tertunda, atau menyelesaikan game terakhir yang dimainkan.
Itu opsi saja, bagi mereka yang punya pemahaman yang baik, tentulah saat-saat seperti ini adalah episode terbaik untuk menjadi hamba yang lebih taat, kembali memeriksa diri dan hati; sudahkah menjadi pribadi yang lebih sholih lagi. Ini momentum untuk kembali merapal doa-doa, melafadzkan dzikir-dzikir, lebih akrab dengan Quran, lebih kerap dalam sholat dan munajat.
Karena bagi seorang mukmin, musibah itu perihal sabar. Bagaimana menata hati untuk tegar dan menerima. Badai pasti berlalu.
Bagi mereka yang mungkin sering sesumbar bahwa virus ini bukan apa-apa, angin lalu saja. Remah-remah. Kecil, seperti nasi kucing. Pada akhirnya ia harus bungkam, menerima satu takdir yang mungkin tidak ia duga. Maka menyadari lemahnya kita sebagai makhluk dan kuasanya Allah sebagi Khaliq, mutlaq dipahami seorang mukmin.
Corona menjadi cara Allah mengistirahatkan dunia, dari hiruk-pikuknya, dari kebisingannya, dari kesibukan penghuninya, dari kelalaian mereka sebagai hamba, dan bagi sebagian orang, corona adalah cara Allah membungkam congorna.
Komentar